Festival Budaya Dieng (DCF) akan kembali diselenggarakan pada tahun 2025 dengan sejumlah perubahan signifikan dalam konsep pelaksanaannya. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah tidak dimasukannya Jazz Atas Awan dalam rangkaian resmi acara DCF ke-15 yang akan diadakan di Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Keputusan ini diambil dengan alasan yang jelas. Pokdarwis Dieng Pandawa sebagai penyelenggara menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk mengembalikan esensi budaya dari festival yang telah berlangsung sejak tahun 2010 tersebut. Budaya menjadi fokus utama Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Alif Faozi, yang menjelaskan bahwa sejak awal, Festival Budaya Dieng bertujuan untuk mengangkat budaya lokal, khususnya ritual ruwatan anak berambut gimbal dan pertunjukan seni tradisional. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik justru lebih tertuju pada Jazz Atas Awan, konser musik yang menjadi salah satu daya tarik DCF dengan menampilkan musisi terkenal. Calon wisatawan sering kali bertanya, 'Siapa artis DCF tahun ini?', alih-alih menanyakan berapa banyak anak berambut gimbal yang akan mengikuti ruwatan," kata Alif, mengkritik pergeseran perhatian publik dari esensi festival. Jazz Atas Awan akan dipisahkan dari DCF. Jazz Atas Awan selama ini memang menjadi acara pendukung yang populer, namun kepopuleran ini justru dianggap mulai mengaburkan acara inti DCF. Oleh karena itu, tahun ini, Pokdarwis berencana untuk memisahkan Jazz Atas Awan dari rangkaian resmi festival. Meskipun belum ada kepastian apakah Jazz Atas Awan akan tetap diselenggarakan secara terpisah, ada kemungkinan besar acara musik tersebut tidak akan menjadi bagian dari DCF XV. "Sudah saatnya kita berpisah. Jazz Atas Awan sudah cukup besar dan harus berdiri sendiri, agar Dieng Culture Festival dapat kembali fokus pada kebudayaan," tegas Alif. DCF 2025 tidak termasuk dalam Karisma Event Nusantara 2025. DCF XV tahun ini juga tidak terdaftar dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, setelah sebelumnya sempat menjadi bagian dari 10 besar agenda KEN. Keputusan ini, menurut Alif, merupakan bagian dari strategi penyelenggara untuk menjalankan festival dengan lebih ringan, tanpa tekanan ekspektasi yang berlebihan dari publik. "Kekhawatiran muncul bahwa orang-orang akan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap DCF, mereka berkunjung ke Dieng untuk Jazz Atas Awan, bukan untuk budaya yang ada. Kita harus mencegah agar Jazz Atas Awan tidak mengalahkan induknya," ujarnya. Uji minat wisatawan tanpa Jazz Atas Awan tahun ini akan menjadi percobaan yang sangat penting bagi DCF. Pokdarwis akan mengevaluasi seberapa besar minat wisatawan terhadap festival yang sepenuhnya berfokus pada budaya tanpa tambahan hiburan modern. Jika minat wisatawan tetap tinggi, tidak menutup kemungkinan DCF akan kembali berpartisipasi dalam KEN 2026 dengan format yang tetap mengedepankan tradisi lokal.