Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Nikel Indonesia Mendunia, Sementara Pabrik Di Negara Tetangga Justru Ditutup!

Kamis, 31 Okt 2024

Nikel Indonesia telah resmi terdaftar di bursa logam internasional, yaitu London Metal Exchange (LME) sejak bulan Mei 2024. Keberhasilan Indonesia untuk memasuki pasar logam global ini menunjukkan bahwa nikel yang dihasilkan oleh Indonesia mampu bersaing dengan nikel dari negara-negara lain. Di sisi lain, nikel yang diproduksi oleh negara tetangga justru mengalami kesulitan dalam bersaing dengan nikel Indonesia.

Magdalena Veronika, Direktur Hubungan Masyarakat CNGR Indonesia, menyatakan bahwa saat ini banyak perusahaan nikel di Australia yang terpaksa menutup usaha karena produk nikel mereka tidak dapat bersaing secara kompetitif.

Salah satu dampak yang terjadi adalah penutupan salah satu pabrik di Australia, negara tetangga kita, yang sempat terjadi kemarin. Operasional pabrik tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2026, namun kepastiannya masih belum jelas. Hal ini diungkapkan dalam sebuah diskusi di Kantor Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Jakarta, yang dikutip pada Kamis (31/10/2024).

Veronika juga menyampaikan bahwa Australia mengeluhkan harga jual nikel Indonesia yang relatif murah meskipun memiliki kualitas yang tinggi. 

"Negara tetangga kita, seperti Australia, mengeluhkan, 'Mengapa kamu menjualnya dengan harga terlalu murah?'" ujarnya.

Veronika menambahkan bahwa harga nikel dari Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan harga nikel di Australia, meskipun kualitasnya sangat baik. Hal ini dianggap menarik bagi konsumen nikel yang lebih memilih produk dari Indonesia.

"Harga nikel kita sangat kompetitif karena tingkat kemurniannya yang tinggi. Kualitasnya baik dan harganya juga menarik. Jika dibandingkan dengan Australia, di mana harga nikel mencapai sekitar US$ 20 ribuan per ton, tentu saja konsumen akan memilih yang lebih baik dan kompetitif," jelasnya.

Lebih lanjut, Veronika menyebutkan bahwa nikel yang dihasilkan oleh perusahaannya memiliki tingkat kemurnian hingga 99,99%, di mana nikel tersebut diolah menjadi produk yang paling murni.

"Oleh karena itu, harga kami sangat kompetitif di pasar global," tuturnya.

Sejumlah pemimpin perusahaan global mulai menyuarakan kekhawatiran terkait ketidakmampuan mereka untuk bersaing dengan nikel dari Indonesia yang memiliki harga jauh lebih rendah dan cadangan yang melimpah. 

Produsen nikel Indonesia yang berbiaya rendah diperkirakan akan mengalahkan para pesaingnya dalam beberapa tahun mendatang. 

Christel Bories, kepala perusahaan tambang Prancis Eramet, baru-baru ini menyatakan bahwa hal ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama logam untuk baterai mobil listrik di tingkat global. 

Menurut Financial Times, Bories menyebutkan bahwa Indonesia mungkin akan memproduksi lebih dari tiga perempat nikel murni berkualitas tinggi di dunia dalam lima tahun ke depan. Situasi ini akan memberikan dampak signifikan bagi para pesaing di negara lain. 

"Hal ini benar-benar akan membuat sebagian besar pemain tradisional menjadi tidak kompetitif secara struktural di masa depan," ungkap Bories kepada Financial Times awal tahun ini. 

Perlu dicatat bahwa London Metal Exchange (LME) telah menyetujui pencatatan merek nikel olahan pertama dari Indonesia, dengan kode "DX-zwdx" pada Mei 2024. Meskipun namanya mungkin tidak mudah diingat, kehadiran merek baru ini dalam daftar pengiriman yang diakui oleh LME merupakan langkah penting bagi industri global dan nikel Indonesia. 

Nikel dengan tingkat kemurnian 99,8% tersebut dihasilkan oleh PT CNGR Ding Xing New Energy, sebuah usaha patungan antara grup bahan baterai China CNGR Advanced Material Co. dan Rigqueza International PTE Ltd. 

Produk utama perusahaan ini adalah Electrolytic Nickel. Berlokasi di Kawasan Industri Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi Tengah, mereka memproduksi 50.000 ton logam lembaran penuh setiap tahun dengan spesifikasi tersebut. 

LME sendiri merupakan bursa berjangka dan opsi tertua serta terbesar di dunia untuk perdagangan logam industri, termasuk aluminium, tembaga, nikel, dan seng. Pada Agustus 2022, terdapat lebih dari 450 merek yang terdaftar di LME dari lebih dari 55 negara.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.