Harga batu bara mengalami penurunan pada hari Senin, 24 Maret 2025, akibat berbagai sentimen negatif yang terus menerpa, termasuk pasokan yang melimpah, data terbaru dari IEA, serta perubahan regulasi terkait batu bara di India. Untuk batu bara Newcastle, harga untuk bulan Maret 2025 turun sebesar US$ 0,1 menjadi US$ 96,9 per ton. Sementara itu, harga untuk bulan April 2025 mengalami penurunan sebesar US$ 1,35 menjadi US$ 99,6 per ton. Bulan Mei 2025 juga tercatat mengalami koreksi sebesar US$ 1,35, sehingga harganya menjadi US$ 102,6 per ton. Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Maret 2025 turun sebesar US$ 0,4 menjadi US$ 97,6 per ton. Untuk bulan April 2025, harga melemah sebesar US$ 0,25 menjadi US$ 98,05 per ton, dan pada bulan Mei 2025, harga terkoreksi sebesar US$ 0,25 menjadi US$ 97,15 per ton. Pasar batu bara mengalami tekanan yang signifikan minggu ini akibat pasokan yang melebihi permintaan, yang menyebabkan penurunan harga. Pembeli utama seperti India dan China tetap bersikap hati-hati dalam strategi pembelian mereka, sementara tingginya stok semakin membebani pasar. Di Indonesia, hujan deras mengganggu kegiatan pertambangan dan logistik, sedangkan perayaan Ramadan membatasi aktivitas penjualan. Laporan Global Energy Review dari International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa permintaan energi global diperkirakan tumbuh sebesar 2,2% pada tahun 2024, melebihi rata-rata tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh negara-negara berkembang yang berkontribusi lebih dari 80% terhadap peningkatan permintaan, dengan sektor kelistrikan tumbuh sebesar 4,3%. Menurut IEA, kapasitas energi terbarukan diperkirakan akan meningkat sekitar 700 gigawatt (GW) pada tahun 2024, mencatat rekor tahunan selama 22 tahun berturut-turut. Bersamaan dengan pertumbuhan tenaga nuklir, sekitar 80% dari peningkatan produksi listrik global berasal dari sumber energi yang memiliki emisi rendah. China menjadi pemimpin dalam penambahan kapasitas energi terbarukan di tingkat global, menyumbang dua pertiga dari total energi terbarukan yang terhubung ke jaringan listrik, yaitu 340 GW dari tenaga surya dan 80 GW dari tenaga angin. Di sisi lain, India menambah sekitar 30 GW dari tenaga surya, yang merupakan tiga kali lipat dari pertumbuhan tahun sebelumnya, meskipun masih kurang dari 10% dari capaian yang diraih oleh China. Walaupun energi terbarukan terus mengalami perkembangan, China dan India tetap menjadi negara dengan konsumsi batu bara terbesar. China mendapatkan sekitar 60% dari kebutuhan listriknya dari batu bara, sedangkan India hampir 75%. Konsumsi batu bara secara global meningkat sebesar 1% pada tahun 2024, mencapai angka tertinggi yang pernah ada, dengan China mengonsumsi 40% lebih banyak batu bara dibandingkan dengan total konsumsi negara-negara lainnya. Bauran Energi Global Pangsa batu bara dalam bauran energi global diperkirakan akan menurun menjadi 35% pada tahun 2024, yang merupakan angka terendah sejak berdirinya IEA pada tahun 1974. Saat ini, konsumsi batu bara terfokus di negara-negara seperti China, India, beberapa negara di Asia Tenggara, dan Afrika Selatan. Di sisi lain, pemerintah India telah mengumumkan perubahan dalam kebijakan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap, dengan menggantikan New Coal Distribution Policy (NCDP) dengan Shakti Policy. Kebijakan baru ini memberikan kesempatan bagi perusahaan batu bara untuk memenuhi seluruh kebutuhan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) tanpa adanya batasan kuantitas tahunan. Selain itu, batu bara juga dapat diakses melalui lelang elektronik Single Window, di mana harga ditentukan berdasarkan perjanjian pasokan bahan bakar (FSA). Pendekatan ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan dan harga batu bara dalam sektor energi. Produksi batu bara di India mencapai rekor tertinggi sebesar 997,826 juta ton (MT) pada tahun 2023-24. Hingga Februari 2025, produksi telah mencapai 929,15 MT, meningkat sebesar 5,45% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri guna mengurangi ketergantungan pada impor. Berbagai langkah telah diambil untuk mempercepat pengembangan industri tambang batu bara, termasuk penerapan regulasi baru dalam Undang-Undang Pertambangan dan Mineral (Pengembangan dan Regulasi) 2021, yang memberikan kesempatan kepada pemilik tambang untuk menjual sebagian dari hasil produksi mereka di pasar terbuka. Pemerintah India juga telah meluncurkan sejumlah kebijakan untuk memastikan ketersediaan batu bara, seperti portal perizinan tunggal yang bertujuan untuk mempercepat operasional tambang serta unit pemantauan proyek yang mendukung proses perizinan. Selain itu, lelang penambangan komersial yang berbasis pada pembagian pendapatan telah diperkenalkan untuk mendorong peningkatan produksi dan gasifikasi batu bara. Ketentuan untuk penambangan batu bara komersial kini lebih fleksibel, sehingga lebih banyak perusahaan baru dapat berpartisipasi dalam proses lelang dengan biaya awal yang lebih rendah dan parameter operasional yang lebih longgar.