Jakarta - Transformasi budaya kerja menjadi jantung dari Aksi Perubahan Kinerja Organisasi yang diluncurkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Acara peluncuran dan sosialisasi ini difokuskan pada upaya menggeser pola pikir dan perilaku kerja menuju paradigma yang lebih kolaboratif, inovatif, dan berorientasi pada pencapaian hasil. Perubahan budaya dianggap sebagai dasar yang fundamental sebelum menerapkan perubahan teknis dan prosedural lainnya.
Kepala BAPETEN menyatakan bahwa organisasi yang gesit dan tangguh di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) memerlukan budaya yang mendukung pembelajaran berkelanjutan dan adaptasi cepat. Aksi perubahan ini bertujuan memupuk nilai-nilai seperti keterbukaan, saling percaya, keberanian mengambil inisiatif, dan tanggung jawab kolektif di seluruh jenjang organisasi.
Untuk mewujudkannya, BAPETEN akan mengimplementasikan berbagai program pengembangan budaya, seperti coaching dan mentoring lintas generasi, forum berbagi pengetahuan (knowledge sharing), dan penghargaan bagi tim atau individu yang berkontribusi pada inovasi dan perbaikan proses. Struktur kerja yang lebih fleksibel dan proyek-based juga akan didorong untuk memecah silo antar unit.
Aksi perubahan ini juga mendorong kepemimpinan yang melayani (servant leadership) di kalangan manajer dan supervisor. Para pimpinan diharapkan dapat menjadi fasilitator yang memberdayakan bawahan, menciptakan lingkungan aman untuk bereksperimen, dan fokus pada pengembangan kapasitas tim. Gaya kepemimpinan ini diyakini dapat mendorong keterlibatan pegawai yang lebih tinggi.
Sosialisasi yang dilakukan tidak hanya menjelaskan "apa" dan "mengapa" perubahan, tetapi juga "bagaimana" setiap pegawai dapat terlibat. Dibuatkan panduan praktis dan cerita sukses awal untuk menginspirasi dan memberikan contoh konkret tentang perilaku kerja baru yang diharapkan. Komunikasi perubahan akan dilakukan secara konsisten melalui berbagai kanal internal.
Pengukuran keberhasilan transformasi budaya tidak hanya pada indikator kinerja organisasi, tetapi juga pada indikator soft, seperti survei iklim kerja, tingkat partisipasi dalam program inovasi, dan angka retensi pegawai. Umpan balik dari pegawai akan secara berkala dikumpulkan untuk menilai perkembangan dan menyesuaikan strategi perubahan.
Budaya kerja baru ini sangat penting untuk mendukung misi teknis BAPETEN yang kompleks dan penuh tanggung jawab. Hanya dengan tim yang solid, komunikatif, dan berkomitmen pada keunggulan, BAPETEN dapat secara efektif menghadapi tantangan pengawasan fasilitas nuklir dan radiasi yang semakin beragam dan maju teknologinya.
Pada akhirnya, investasi dalam perubahan budaya melalui aksi kinerja ini diharapkan mampu menciptakan identitas organisasi BAPETEN yang kuat dan positif. Identitas tersebut akan menjadi daya tarik bagi talenta terbaik dan menjadi fondasi kokoh bagi keunggulan organisasi dalam menjalankan mandatnya untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari potensi bahaya radiasi di masa kini dan mendatang.