Harian Jogja/David Kurniawan

Kolaborasi Antaragama Dan Budaya Mendorong Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Di DIY

Selasa, 28 Jan 2025

Pariwisata merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian masyarakat di DIY. Untuk mencapai pariwisata yang berkelanjutan, kerjasama antaragama dan budaya dianggap sebagai faktor kunci.

Prof. Ema Marhumah, perwakilan dari Kalijaga Institute for Justice (KIJ), menyatakan bahwa sebagai Kota Budaya dan Pariwisata, DIY menghadapi tantangan untuk tetap menjadi destinasi wisata yang nyaman dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Keberadaan beragam komunitas agama di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberikan peluang signifikan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata yang berlandaskan keberagaman. “Jogja harus tetap menjaga identitas budayanya yang unik. Identitas ini merupakan daya tarik yang dapat menarik berbagai kalangan masyarakat untuk berkunjung,” ungkap Prof. Ema dalam lokakarya bertajuk Nyengkuyung Guyub Yogya, Mewujudkan Pariwisata Jogja yang Berkelanjutan di tengah Tantangan Global di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, pada Sabtu (25/1/2025).

Ia menekankan bahwa literasi keagamaan yang melintasi budaya menjadi aspek krusial dalam menciptakan harmoni. “Pemahaman agama yang mendalam sangat diperlukan untuk membangun sikap saling menghormati tanpa menyalahkan atau membandingkan,” tambahnya.

Prof. Ema juga menekankan pentingnya kerjasama antarumat beragama dalam menghadapi tantangan di sektor pariwisata, termasuk meningkatnya minat terhadap wisata religi.

Sejalan dengan itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto Setyo Ajie, menegaskan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh Jogja dapat menjadi dasar bagi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. “Jogja memiliki trilogi Pangeran Mangkubumi, yaitu hamemayu hayuning bawono, sangkan paraning dumadi, dan manunggaling kawulo Gusti. Ini adalah semangat yang harus kita pelihara untuk menghadapi tantangan global,” ujarnya.

Bobby juga menegaskan bahwa penyediaan informasi yang transparan mengenai kehalalan produk wisata di Jogja sangatlah penting. Ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim maupun non-Muslim, sehingga DIY dapat menjadi tuan rumah yang inklusif dan bertanggung jawab.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.