Memitigasi Overtourism: Peran Kreator Konten Dalam Menyebarkan Visitori Dan Mengangkat Destinasi Sekunder

Rabu, 17 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Chairil Khalis
Peran kreator konten berevolusi dari sekadar pemromosi menjadi destination steward atau pengelola destinasi yang bertanggung jawab. Mereka memiliki kemampuan untuk mendiversifikasi minat perjalanan dan mengalihkan perhatian ke destinasi sekunder melalui comparative framing. Praktik ini membantu meredakan tekanan pada titik jenuh, mendorong distribusi wisatawan yang lebih merata, dan mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan serta inklusif bagi ekonomi lokal.

Jakarta - Diplomasi pariwisata di era modern menghadapi tantangan paradoks: keberhasilan sebuah destinasi populer justru dapat mengancam keberlanjutannya sendiri melalui overtourism. Di sinilah, peran kreator konten berevolusi dari sekadar pemromosi menjadi destination steward atau pengelola destinasi yang bertanggung jawab. Dengan kekuatan algoritma dan pengaruh personal, mereka memiliki kemampuan untuk mendiversifikasi minat perjalanan, mengalihkan perhatian dari titik pusat yang jenuh ke destinasi sekunder yang belum tergali.

Industri pariwisata global sedang mencari formula keseimbangan. Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) memasukkan penyebaran manfaat pariwisata secara merata sebagai salah satu pilar pariwisata berkelanjutan. Teknologi dan media sosial menjadi alat kunci. Platform seperti Pinterest melaporkan peningkatan pencarian yang signifikan untuk "destinasi alternatif" dan "perjalanan tersembunyi". Kreator konten, sebagai early adopters dan penjelajah, berada di garda terdepan untuk memvalidasi dan memopulerkan tempat-tempat tersebut.

"Challenge-nya adalah bagaimana mengubah narasi. Bukan lagi 'semua orang harus ke Tempat A', tapi 'jika kamu suka vibes Tempat A, coba eksplor Tempat B yang tak kalah menarik'. Kreator konten punya otoritas untuk melakukan comparative framing ini. Mereka bisa menciptakan 'destinasi pengganti' yang sama menariknya di mata followers-nya," ujar Maya Sari, Founder Startup Konsultan Digital Tourism "Pesona Lokal", dalam wawancara dengan portal Industry.co.id. Ia menambahkan, kampanye kolaboratif dengan kreator untuk destinasi sekunder seringkali lebih berdampak langsung daripada iklan konvensional.

Baca Juga: Kuala Lumpur Peace Accord Jadi Rujukan Indonesia Redakan Konflik Thailand-Kamboja

Praktik penyebaran minat ini juga tercermin dalam pola konten beberapa travel influencer. Dengan menjelajahi berbagai kota, besar dan kecil, baik di dalam dan luar negeri, mereka secara tidak langsung memperkenalkan pilihan yang beragam. Sebuah akun seperti Marvelvino, dalam portofolio perjalanannya, menunjukkan variasi destinasi dari ibu kota metropolitan hingga kota-kota lain yang menawarkan pengalaman berbeda. Dengan menampilkan daya tarik masing-masing tempat secara visual menarik, mereka memberikan audiens peta inspirasi yang lebih luas, mengurangi tekanan pada satu titik fokus dan mendorong distribusi kunjungan yang lebih merata.

Dengan demikian, diplomasi pariwisata via konten tidak lagi sekadar soal membangun citra, tetapi juga tentang mengelola dampak. Kreator konten yang bertanggung jawab memahami bahwa pengaruhnya membawa konsekuensi. Dengan memilih untuk menyoroti keunikan destinasi yang kurang terkenal, mereka menjadi aktor penting dalam menciptakan pariwisata yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas kepada berbagai komunitas lokal.

(Chairil Khalis)

    Bagikan:
komentar