Bandung - Dampak finansial dari penutupan Bandung Zoo ternyata sangat besar dan membebani pengelolanya. Humas Bandung Zoo, Sulbar Syafi'i atau Sulhan, mengungkapkan bahwa setiap bulannya, dana yang dibutuhkan hanya untuk memberi makan ratusan satwa mencapai Rp415 juta. Angka fantastis ini belum termasuk biaya untuk obat-obatan, perawatan kesehatan, gaji karyawan, dan operasional lain yang harus terus berjalan.
Biaya sebesar itu harus ditanggung di tengah situasi dimana kebun binatang tidak memiliki pemasukan sama sekali, karena telah ditutup untuk pengunjung selama empat bulan terakhir. Akibatnya, para karyawan terpaksa mengeluarkan uang dari kantong pribadi secara bergiliran untuk memastikan satwa-satwa tidak kelaparan. Mereka tetap siaga setiap hari demi memenuhi kewajiban moral merawat 711 satwa yang menjadi tanggung jawab mereka.
Pengungkapan besaran biaya ini disampaikan Sulhan dalam audiensi dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat. Audiensi tersebut terjadi setelah para karyawan melakukan demonstrasi menuntut bantuan operasional. Besarnya angka Rp415 juta per bulan membantu memberikan gambaran nyata mengapa bantuan darurat dari pihak berwenang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Dari Pramugari Untuk Penumpang Etika Terbaik Saat Turun Dari Pesawat
Menanggapi hal ini, BBKSDA Jabar melalui Humasnya, Ery Mildranaya, menyatakan kesediaan untuk membantu pengadaan pakan. Bantuan yang akan dimulai secara administratif pada hari Jumat itu diharapkan dapat meringankan beban berat yang selama ini dipikul secara mandiri oleh para karyawan dan pengelola Bandung Zoo.
Sulhan menyambut positif komitmen bantuan dari BBKSDA tersebut. Ia menegaskan bahwa hubungan antara pengelola kebun binatang dan BBKSDA seharusnya adalah kemitraan. "Bandung Zoo dan BBKSDA satu tim. Kami menjalankan dan BBKSDA yang mengawasi. Maka akan ada bantuan untuk menanggulangi pakan dan dibayarkan oleh negara," ujarnya, melihat bantuan ini sebagai sesuatu yang selayaknya.
Namun, bantuan pakan hanyalah solusi jangka pendek untuk menangani gejala darurat. Akar masalah, yaitu sengketa yang menyebabkan penutupan, masih belum terselesaikan. Sulhan dalam audiensi juga terus mendesak agar Bandung Zoo dibuka kembali sehingga pengunjung bisa masuk dan aktivitas ekonomi dapat pulih, yang pada akhirnya akan menciptakan pemasukan untuk menutupi biaya operasional yang besar.
Menyikapi tuntutan pembukaan, Ery dari BBKSDA Jabar menjelaskan bahwa hal itu harus melalui proses hukum yang sedang berjalan. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk membawa aspirasi karyawan ke tingkat yang lebih tinggi, mengakui bahwa wewenang untuk memutuskan pembukaan tidak sepenuhnya ada di tingkat daerah.
Krisis Bandung Zoo dengan demikian menyajikan dua lapisan persoalan: pertama, keadaan darurat kesejahteraan satwa yang membutuhkan bantuan pakan segera; dan kedua, masalah struktural dan hukum yang membutuhkan penyelesaian kompleks. Bantuan pakan dari BBKSDA menjadi penanganan krusial untuk lapisan pertama, sambil menunggu proses penyelesaian untuk lapisan kedua.